Cari apa sih?

Sabtu, 23 Mei 2020

Lebaran Idul Fitri 1441 H di Indonesia yang jatuh pada Minggu 24 Mei 2020 di Tengah Pandemi Corona

Lebaran Idul Fitri 1441 H di Indonesia yang jatuh pada Minggu 24 Mei 2020 di Tengah Pandemi Corona.

Alhamdulillah akhirnya malam ini terdengar kumandang takbir, itu artinya 1 Syawal 1441 Hijriah atau Idul Fitri 2020 akan jatuh pada tanggal 24 Mei 2020 besok. Keputusan tersebut sudah jelas ditetapkan oleh Kementrian Agama melalui sidang isbat yang dipimpin oleh Bapak Menteri Agama Fachrul Razi. Informasi tersebut saya dapatkan dari banyaknya berita online yang tersebar di dunia maya. Salah satunya dari Instagram @kemensetneg.ri seperti pada gambar berikut ini


Dari gambar tersebut tertera bahwa Libur Lebaran Hari Raya Idul Fitri 1441 H di Indonesia akan terjadi selama 2 hari, dari hari Minggu tanggal 24 Mei 2020 s/d hari Senin tanggal 25 Mei 2020 esok harinya.

Sebelumnya, kami atas nama 3R Kiddos with Inititis mengucapkan Happy Eid Mubarak 1441 H, Taqabbalallahu minna waminkum. Shiyamana wa Shiyamakum. Waja'alanaa Minal 'Aidin Wal Faidzin.


Semoga Allah SWT menerima amalanku dan amalanmu, puasaku dan puasamu. Semoga Allah menjadikanku dan kamu sebagai orang-orang yang kembali dan beruntung, aamiin. Semoga kita kembali fitri dan Corona segera enyah dari muka bumi ini, aamiin.


Table of Content ( Daftar Isi ) :


Akan tetapi Lebaran Idul Fitri 1441 H di Indonesia yang jatuh pada Minggu 24 Mei 2020 ini, sungguh amat terasa berbeda, karena di tengah pandemi Corona atau Covid19. Bisa dibayangkan begitu kentalnya tradisi lebaran di Indonesia. Gaung dan semangatnya sudah melekat bertahun-tahun dalam jiwa dan raga setiap orang di Indonesia. Ada 8 tradisi yang melekat di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Tradisi tersebut antara lain, terjadinya perbedaan situasi dan kondisi antara Lebaran tahun lalu dengan lebaran tahun sekarang. Perbedaan tersebut terjadi pada cerita tentang THR, beli baju baru, menyiapkan jajanan khas lebaran berupa kue kering lebaran, masak ketupat lontong ditemani opor ayam dan sambal goreng, Sholat Idul Fitri, ziarah kubur, mudik ke kampung halaman, dan juga silaturahmi keluarga berlebaran dari rumah ke rumah.

Di setiap penghujung puasa, dimana Lebaran Idul Fitri 1441 H di Indonesia nya akan jatuh pada Minggu 24 Mei 2020 ini, hampir sebagian besar pekerja akan mendapatkan THR. Akan tetapi saat ini hampir semua kalangan mengalami dampak ekonomi karena Corona, banyak pekerja yang di PHK, dirumahkan tanpa gaji atau tetap bekerja dengan penghasilan yang kurang tidak seperti biasanya. Terdapat banyak pilihan yang serba memberatkan banyak pihak. Di satu sisi, tidak ada satupun pekerja yang mau dihilangkan hak-haknya begitu saja seperti di PHK, dirumahkan tanpa gaji, work from home ataupun bekerja dengan penghasilan yang kurang tidak seperti biasanya. Di sisi lain, banyak Pengusaha yang kesulitan memangkas beban operasional Perusahaan yang tinggi tanpa dibarengi dengan pemasukan pendapatan yang signifikan. Banyak pihak yang mengeluhkan tentang hal-hal tersebut di atas. Dampaknya muncullah orang-orang yang terdampak ekonominya karena pandemi Corona ini. Banyak pengangguran, juga ketidakmampuan secara normal dalam bidang ekonomi. Lalu bagaimana dengan THR alias Tunjangan Hari Raya untuk semua pekerja di Indonesia? Alhasil THR tidak bisa merata dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Alhamdulillah ada yang mendapatkan bantuan langsung dari Pemerintah lewat program-program kepedulian sosial mereka. Adapula yang tetap bekerja dan mendapatkan THR sebagaima semestinya. Akan tetapi ada juga yang merasakan tidak mendapatkan THR dari Perusahaan dimana dulunya mereka bekerja juga tidak mendapatkan bantuan sembako atau bantuan langsung dari Pemerintah. Itulah perbedaan pertama yang terasa banget maknanya.

Perbedaan ke dua yang juga sangat terasa adalah Beli Baju Baru untuk dipakai pada saat Lebaran Idul Fitri 1441 H di Indonesia yang jatuh pada Minggu 24 Mei 2020 ini di Tengah Pandemi Corona. Pada lebaran tahun lalu, beli baju baru adalah keharusan. Sudah menjadi tradisi kebiasaan yang turun temurun dari kita orok sampai kita tua. Beli baju baru itu sendiri mempunyai makna bahwa setelah kita selesai berpuasa sebulan, kita kembali fitri. Sehingga kita menafsirkan ke Fitri an itu dg menggunakan baju yang bersih dalam jiwa raga yang bersih pula. Alhasil terciptalah tradisi menggunakan baju yang bersih alias baju baru, menggunakan wewangian, juga menebar maaf dan meminta maaf kepada semua orang. Akan tetapi lagi-lagi lebaran tahun ini sangat beda terasa, tidak semua mampu membeli baju baru, karena ekonomi sedang melemah. Banyak orang sedang mengeluhkan bagaimana caranya tetap bisa makan untuk bertahan hidup, jadi banyak juga yang mengesampingkan untuk beli baju baru. Tetapi masih banyak juga yang berbondong-bondong berkerumun membeli baju baru tanpa mengindahkan protokol kesehatan seperti memakai masker, physical distancing, dan cuci tangan. Ironi banget melihat kenyataan banyak orang sudah berpikir #terserah tentang memutus mata rantai Covid19. Hingga akhirnya viral! lagu "terserah" oleh seorang Rapper Willy Winarko yang mengungkap kepasrahan dan kesedihan soal PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar. Yang seharusnya menghindari kerumunan di pasar ataupun toko-toko baju selama pandemi Covid-19 ini, justru mereka malah menghampiri tempat-tempat tersebut hingga akhirnya menjadi tren dalam sepekan sebelum lebaran. Banyak paramedis dan semua pihak di garda terdepan merasa kecewa juga sedih meskipun mereka #belummenyerah akan tetapi hal-hal tersebut di atas bisa menurunkan semangat mereka untuk terus berjuang #melawancovid19 . Yuk ah stay at home saja dulu, sabar menghadapi cobaan ini. Mari tetap semangat untuk belajar, bekerja dan beribadah dari rumah.

Perbedaan ke tiga yang kental terasa adalah menyiapkan jajanan khas lebaran berupa kue kering lebaran sebagai jamuan makan pada saat Lebaran Idul Fitri 1441 H di Indonesia yang jatuh pada Minggu 24 Mei 2020 ini di Tengah Pandemi Corona. Jika lebaran sebelumnya, banyak home industry, online shop maupun toko-toko penjual kue kering lebaran yang banyak meraup untung rupiah. Tetapi sangat berbeda sekali untuk lebaran tahun ini, banyak produsen dan penjual yang sepi orderan karena sepi pembeli. Pembeli pun akan berpikir ulang untuk membeli kue kering lebaran, karena sebagian besar orang Islam di Indonesia pada saat Pandemi corona ini, banyak yang tidak menerima tamu pada saat lebaran. Sebagai perwujudan protokol kesehatan selama Pandemi Corona.

Perbedaan ke empat yang juga sangat terasa adalah masak ketupat lontong ditemani opor ayam dan sambal goreng, sebagai jamuan pada saat Lebaran Idul Fitri 1441 H nanti di Indonesia yang jatuh pada Minggu 24 Mei 2020 ini di Tengah Pandemi Corona. Kalau untuk yang satu ini, hampir sebagian kalangan membuat sajian makan lebaran berupa ketupat lontong opor ayam sambal goreng, meskipun hampir sebagian besar harga-harga di pasar melambung tinggi. Seperti contohnya harga selongsongan ketupat yang melonjak tajam, dimana 1 ikatnya isi 10 selongsong dibandrol Rp. 20.000 - Rp.30.000, karena sepinya penjual selongsongan ketupat. Biasanya kalau mau lebaran begitu, banyak pasar dipadati penjual musiman yg datang dari desa khusus menjual selongsongan ketupat. Tetapi di tengah Pandemi ini, hanya sedikit penjual musiman yang datang ke pasar-pasar. Alhasil harga selongsongan ketupat sangat mahal. Kemudian ayam merah mencapai harga Rp.70.000/ekor, ayam broiler Rp. 40.000/kg. Belum lagi harga-harga yang lain. Demi untuk bisa memasak sajian makan untuk lebaran, mereka tetap membeli bahan-bahan makanan tersebut meskipun harganya di atas normal meskipun mereka membeli secukupnya saja, tidak dalam jumlah yang banyak seperti lebaran tahun sebelumnya. Akan tetapi lagi-lagi mereka rela berdesak-desakan di pasar tanpa memperdulikan protokol kesehatan. Pedagang saja juga ada yang tidak memakai masker. Banyak orang berkerumun tanpa jarak, dls.

Perbedaan ke lima yang kental terasa adalah melaksanakan Sholat Idul Fitri pada saat Lebaran Idul Fitri 1441 H nanti di Indonesia yang jatuh pada Minggu 24 Mei 2020 ini di Tengah Pandemi Corona. Alhamdulillah di daerahku masih bisa melaksanakan Sholat Idul Fitri bersama dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Saling pakai masker, begitu sampai masjid di cek suhu badannya dan cuci tangan menggunakan sabun yang sudah disediakan, masing-masing jamaah membawa sajadah sendiri-sendiri, sholatnya berjarak, dan yang terakhir di awasi oleh  Babinsa ( Bintara Pembina Desa ) TNI AD yang saat itu mendapat tugas dari Kelurahan setempat untuk mengawasi kami dalam penerapan protokol kesehatan Sholat Idul Fitri 2020 di Masjid. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, Saya dan keluarga mengikuti sholat di shaf paling belakang, dimana berada di luar masjid dan menghindari pertemuan dengan orang banyak. Karena setiap Sholat Idul Fitri, pasti shaf jamaah mengular sampai ke luar masjid.

Perbedaan ke enam yang kental terasa adalah ziarah kubur pada saat Lebaran Idul Fitri 1441 H nanti di Indonesia yang jatuh pada Minggu 24 Mei 2020 ini di Tengah Pandemi Corona. Kalau tidak salah, waktu itu H-3 sebelum Lebaran, banyak beredar di Televisi, mengenai berita tentang penutupan sementara TPU dari Kelurahan setempat. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari tradisi berkumpulnya massa untuk berziarah kubur sebelum dan sesudah lebaran. Waktu itu saya belum tahu, bagaimana dengan TPU yang ada di Semarang. Karena niat hati ingin mendoakan juga membersihkan kubur almarhumah mertua, maka pagi-pagi di H-1 sebelum lebaran tiba, Saya dan Suami mencoba datang ke TPU Mbapi. Dari rumah, kami sudah berniat, jika nanti terlalu sesak / banyak peziarah, maka niat untuk ziarah kubur akan kami urungkan, demi menjaga keluarga, kerabat terdekat dan lingkungan terdekat saya. Alhasil begitu sampai pertengahan jalan sebelum gerbang makam, kami pun sudah dijerat petugas keamanan setempat beserta spanduk besar memanjang yang tertera himbauan untuk sementara TPU ditutup bagi penziarah. Tadi sepanjang perjalanan dekat TPU memang terasa sepi sekali, beda seperti tahun-tahun sebelumnya. Ternyata tidak ada peziarah kubur, makanya kita sepi, heeee....

Perbedaan ke tujuh  yang juga sangat terasa adalah mudik ke kampung halaman, sebagaimana tradisi turun temurun dari nenek moyang pada saat Lebaran Idul Fitri 1441 H di Indonesia yang jatuh pada Minggu 24 Mei 2020 ini di Tengah Pandemi Corona. Khusus Lebaran Tahun 2020 ini, saya dan keluarga kecil saya, terpaksa tidak bisa kumpul keluarga bersama. Kami terpisahkan jarak. Memang sangat terasa sekali sedihnya dan terasa banget ada yang kurang. Kami berada di Semarang, sedangkan Adik ke-3 berada di Jakarta Selatan dan Asik ke-2 di Ungaran. Hanya kumpul bersama Kakak dan keluarganya. Biasanya ada tradisi sungkem-sungkeman, tangis-tangisan juga makan bersama lontong opor sambal goreng, kali ini tidak ada semuanya itu. Tetapi untuk melepas semua kerinduan, rasa ingin kumpul tersebut, kami putuskan untuk melakukan komunikasi lewat virtual melalui aplikasi online gratis yang sudah banyak beredar di kalangan masyarakat seperti what's*app dan z*om. Alhamdulilah rasa ingin kumpul bersama dan makan lontong opor sambal goreng bisa sedikit diobati melalui sambungan virtual. Kami yang berjauhan sengaja tidak mudik mengikuti anjuran Pemerintah demi menjaga satu sama lain. Menjaga agar keluarga besar kami tetap dalam keadaan sehat semua tanpa Covid19, aamiin.

Perbedaan ke delapan yang juga sangat terasa adalah silaturahmi keluarga berlebaran dari rumah ke rumah, sebagaimana tradisi turun temurun dari nenek moyang pada saat Lebaran Idul Fitri 1441 H di Indonesia yang jatuh pada Minggu 24 Mei 2020 ini di Tengah Pandemi Corona. Benar-benar terasa sekali untuk hal yang satu ini. Saya termasuk keturunan Orang Desa dimana Keluarga Besarnya sangat besar dan banyak sekali. Tradisi di desa itu mempunyai Keluarga Besar dari Keturunan Mbah Wareng Kakak Adik. Mbah Wareng itu Simbahnya Mbah Buyut dari Orang tua Kami alias Trah Moyang ke-5. Kami Orang Jawa yang masih mengikuti tradisi dimana berkunjung ke Keluarga Trah Moyang untuk silaturahmi berlebaran dan memohon maaf lahir dan batin itu adalah sebuah keharusan, juga berbagi rejeki berupa angpao fitrah ke mereka semua. Berikut kami berikan sedikit gambaran mengenai trah moyang di Keluarga Jawa yang ada di Keluarga Besar kami : Trah moyang ke-5 biasa disebut Mbah Wareng, Trah moyang ke-4 Mbah Canggah, Trah moyang ke-3 Mbah Buyut, Trah Moyang ke-2 Mbah atau Simbah atau Eyang atau Kakek Nenek, dan Trah Moyang ke-1 itu Bapak / Ibu atau Orang Tua saya. Baru Trah Moyang Ke-5 saja, Keluarga Besar kami sudah sangat banyak dan besar lho...heeeee.. Kalau sudah kumpul, sudah bisa dipastikan begitu ramainya dan penuh gelak tawa.

Selesai. Sekian dulu cerita perbedaan Lebaran tahun 2019 dan Lebaran tahun 2020 yang begitu sangat terasa bedanya. Sampai ketemu lagi di Colourful Story nya iniTitis ya..